CLICK HERE FOR THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Sabtu, 10 Mei 2008

gEliaT ekoNoMi nEgara BRIC daN peluanG INdonesia…

Pada tahun 2050 negara BRIC ( Brazil, Rusia, India, China) diramalkan oleh Goldman Sachs dalam laporan “Global Economics Paper No. 99 - October 2003″ akan menjadi negara-negara yang super maju dibidang ekonomi sehingga menempati empat besar dari kelompok ekonomi enam terbesar dunia pada saat itu. Pada studi lanjutannya Goldman Sachs telah menempatkan posisi perokonomian Indonesia pada kelompok N-11 (Next-11), yaitu 11 negara yang diperkirakan akan menyusul dikemudian hari. Kelompok negara N-11 terdiri dari ; Bangladesh, Egypt, Indonesia, Iran, Korea, Mexico, Nigeria, Pakistan, Philippines, Turkey, Vietnam. Saat ini negara yang mendominasi perekonomian dunia antara lain; AS, Jepang, Jerman dan saat ini cina diperkirakan akan menyusul dan akan menduduki posisi ke-4. Pada tahun 2050, sesuai dengan proyeksi, China akan memiliki PDB (Produk Domestik Bruto) lebih dari USD 50 triliun sehingga Cina akan menduduki posisi pertama sebagai ekonomi terbesar di dunia. Sedangkan AS telah disusul oleh Cina dan berada pada urutan ke-2, diikuti oleh India pada urutan ke-3. Sedangkan Jepang berada pada posisi ke-4 sedikit melebihi Brazil dan Rusia. Negara-BRIC diramalkan akan mengalami kemajuan ekonomi, dikarenakan potensi perkembangan ekonomi yang sangat signifikan.

Apabila diukur dari kenaikan PDB, cina menunjukan peningkatan perekonomian yang luar biasa dalam kurun waktu 15 tahun. Meskipun negara ini tidak mempunyai sumber daya alam, namun pertumbuhan ekonominya pesat antara 7-10 persen, dan akan mendorong negara ini menjadi adidaya ekonomi global. Hal ini didukung oleh banyaknya produk-produk China yang diekspor ke pasaran dunia. Di AS, juga telah dibanjiri produk-produk China yang cenderung lebih murah daripada produk dalam negeri AS sendiri. Tidak hanya AS dan negara-negara eropa lainnya,

Indonesia juga dibanjiri oleh produk dari negara tirai bambu ini, dari produksi otomotif hingga elektronik, alat transportasi, produk tekstil dan alas kaki menjadi sasaran ekspor bagi China. Peningkatan volume dan produktifitas mesin industri Cina disebabkan oleh banyaknya jumlah tenaga kerja produktif, pasokan bahan baku industri, permodalan baik dari dalam negeri maupun modal asing, serta suplai energi yang memadai. Penduduk negara BRIC jumlahnya melebihi dari 40% dari penduduk dunia, dengan demikian sumber daya manusia yang sangat besar itu sangat berarti untuk pertumbuhan ekonomi. Keterbukaan terhadap perdagangan internasional maupun masuknya investasi asing telah membantu negara BRIC memposisikan diri mereka sebagai pelaku besar di dalam percaturan ekonomi global.

Saat ini perekonomian India mengalami perkembangan yang cukup besar dibanding tahun-tahun sebelumnya, ekonomi India yang awalnya berbasis petanian( memiliki 4.600 masyarakat koperasi pertanian), kini beranjak ke dalam proyek teknologi informasi. India telah menjadi suplayer terbesar pada bidang jasa ICT (Information and Communication Technology). Bangalore, telah menjadi pusat call centre dan pembuatan piranti lunak untuk negara Eropa dan AS. Kegiatan ini telah menghasilkan devisa dalam jumlah puluhan milyar dolar setiap tahunnya. Brazil dan Rusia sebaliknya akan menempati posisi penting sebagai suplayer bahan baku. Dalam era milleniuum , atau awal abad 21 ini, Rusia telah mencanangkan diri sebagai pusat sumber minyak dan gas alamnya yang tersebar di sekitar lautkaspia dan Siberia. Mereka akn mengunakan minyak sebagai “senjata diplomasi” untuk menguasai ekonomi dan politik Negara bekas unisoviet, uni eropa bahkan Negara di dunia. Brazil telah menjadi pemain terbesar penghasil kacang kedelai dan biji besi, hasil dari kedua komoditas ini mampu bersaing didalam pasar global dan mampu menjadi sumber income terbesar bagi Negara ini.

Pada awal tahun 90-an pemerintah negara BRIC melakukan beberapa inisiatif untuk melakukan reformasi sistem ekonomi dan politiknya agar dapat masuk ke dalam percaturan ekonomi dunia. Sehingga agar dapat berkompetisi mereka menitik beratkan pada pendidikan, investasi asing, konsumsi domestik serta kewirausahaan nasional sebagai katalis pertumbuhan ekonomi. Dalam pertumbuhan ekonomi sebuah

Kondisi yang diperlukan untuk pertumbuhan

Didalam sebuah negara pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan, dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain; stalibiltas makro ekonomi, kapasitas institusi, keterbukaan dan pendidikan. Selain itu peran institusi seperti birokrasi, lembaga pendidikan, pemerintahan serta badan usaha baik swasta maupun BUMN harus ditingkatkan kemampuannya sehingga dapat menjadi mitra pendukung pertumbuhan ekonomi. Selain itu juga harus ada keterbukaan dalam pembuatan kebijakan ekonomi untuk mengundang masuknya modal asing dan arus perdagangan tanpa merugikan perekonomian nasional. Sedangkan pendidikan dengan sendirinya akan memberikan nilai tambah dari pekerja sehingga SDM yang dihasilkan dapat menjadi lebih berkualitas.

Pertumbuhan ekonomi negara BRIC akan meningkatkan permintaan terhadap minyak dan energi secara signifikan.hal ini terjadi karena proses industrialisasi di dalam Negara BRIC tersebut. Akibatnya harga minyak mentah mengalami kenaikan secara drastis. Mereka juga telah mendongkrak harga metal dan komoditi industri lainnya.

Permintaan negara BRIC dalam menunjang industrialisasinya, akan memberikan peluang bagi Indonesia. Indonesia dapat berpartisipasi sebagai pemasok bahan baku dan komoditi yang dibutuhkan dalam industri negara BRIC. Negara-negara ini akan menjadi tujuan utama ekspor Indonesia. Pertumbuhan ekonomi BRIC tentunya membutuhkan pasokan komoditi bahan baku industri. Oleh sebab itu BRIC akan menjadi importir besar untuk energi dan minyak, logam dasar, mineral, dan bahan baku lainnya.

Indonesia berkesempatan untuk meningkatkan ekspor logam mulia dan logam dasar seperti emas, tembaga, nikel, timah dan aluminium. Bahan baku makanan seperti CPO, udang beku, ikan, kopi, teh dan coklat. Bahan baku berbasis hutan seperti log, plywood, pulp dan kertas. Bioenergi seperti ethanol dan biodiesel. Sayangnya RI tidak lagi dapat berperan untuk memenuhi kebutuhan impor minyak mentah mereka. Hal ini disebabkan RI sudah menjadi net importir minyak mentah. Demikian juga kebutuhan gas alam untuk produksi pupuk dan bahan bakar membuat potensi ekspor RI menjadi kecil.

Potensi lahan perkebunan dan pertanian yang kita miliki dapat ditanami tebu dan singkong untuk dijadikan ethanol, karena kebutuhan ethanol Cina sangat besar. Demikian juga perluasan tanaman kelapa sawit dan jarak sangat berpotensi untuk memenuhi kebutuhan biodiesel Cina.

RI berpeluang besar untuk memenuhi permintaan barang konsumen yang dibutuhkan oleh penduduk kelas menengah negara BRIC. Upaya restrukturisasi industri dan menghapuskan ekonomi biaya tinggi, akan menghasilkan produktifitas serta efisiensi. Dengan demikian produk RI dapat kembali bersaing di pasaran ekspor.

Di bidang otomotif Indonesia sudah terpilih oleh Korea dan Jepang sebagai basis produksi dan ekspor untuk jenis kendaraan tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa kita memiliki daya saing yang cukup lumayan. Di masa mendatang RI harus memanfaatkan peluang ekspor untuk memenuhi kebutuhan mobil negara BRIC.

WTO (Organisasi Perdagangan Dunia) memiliki data perdagangan impor dan ekspor dari dan kepada negara tujuan. Tren perdagangan India dan Cina yang lalu, dapat dijadikan patokan untuk memperkirakan permintaan komoditi industri maupun barang konsumen di masa mendatang. Sebaiknya RI dapat menganalisa tren permintaan India dan Cina sebagai landasan untuk membuat kebijakan ekonomi, guna memperkuat danmemperbesar hasil produksi yang memiliki potensi ekspor ke negara tersebut.

nitha

Tidak ada komentar: